Yuni masih menjalani hari-hari nya
dengan penuh kesabaran, disamping para tetangga nya yang semakin lihai
melontarkan celetukan bervariasi nya, Yuni juga harus bisa menyesuaikan
waktunya untuk bisa tepat waktu saat masuk ke sekolah, karena akhir-akhir ini
Yuni sudah sangat sering bertemu dengan Osis yang stand by di depan
gerbang apabila bel sudah berbunyi, tugasnya tentu saja untuk mencatat
nama-nama murid yang terlambat datang. Peraturan yang akhir-akhir ini di
jalankan oleh Organisasi siswa intra sekolah ini. Meski Yuni tahu bahwa
peraturan itu hanya sebatas formalitas, namun tetap saja Yuni merasa takut.
Sebenarnya Yuni sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk bisa menyesuaikan waktu nya agar semuanya berjalan
lancar tanpa masalah. Yuni bangun pukul 5 tepat ( setelah orang tuanya
membangunkan Yuni jam 4 untuk memberi nya uang saku sebelum berangkat ke pasar),
kemudian Yuni mulai merapikan tempat tidur nya dan kedua adik nya, memandikan
dan merapikan mereka untuk bersiap berangkat ke pasar pada jam 6 tepat, Dan
tentunya Yuni tidak akan terlambat.
Namun itu adalah ekspetasi Yuni, terlalu
sempurna apabila itu terjadi di kehidupan nyata karena hasilnya Yuni selalu
terlambat. Selalu saja ada kejadian yang menghambat Yuni dalam menjalankan Planning
nya. Seperti kejadian kemarin, ketika Yuni sudah siap untuk berangkat menuju
pasar dengan kedua adik nya, Yuni memanggil tukang ojek langganan nya dari
tempat nya memarkir motor, Seolah sudah faham sang ojek pun menghampiri Yuni. Namun
ketika Yuni bersiap naik, Bu sarah tetangga nya, Memanggil si tukang ojek sehingga
Yuni harus menunggu lagi, Cukup lama mereka berbincang hingga kemudian si
tukang ojek pun datang di ikuti Reno anak Bu Sarah yang siap berangkat sekolah
dengan seragam putih abu nya. Yuni punya firasat tidak enak, dan benar saja, Reno di antarkan oleh tukang ojek itu tanpa mengatakan apa-apa kepada Yuni.
Tangan Yuni mengepal kuat sambil menatap
kepergian si tukang ojek dan Reno di belakang nya.
“Ka, Mang Asep nya mau kemana?” Dita
(adik pertama) membuyarkan kekesalan Yuni.
“Hari ini kita sama mang opik ke pasar
nya, yuk” ajak Yuni sambil menuntun kedua adik nya menuju rumah Mang Opik,
bukan tukang ojek memang tapi Mang Opik bisa membantu Yuni.
Dari kejadian itu Yuni mulai berpikir
tentang situasi yang di hadapinya dengan para tetangga nya. Mulai dari tukang
ojek langganan nya yang tega mengabaikan nya sampai bu sarah yang... mungkin
menyuap si tukang ojeg agar anaknya berangat terlebih dahulu. ahh entahlah, Yuni menepis pikiran tersebut karena itu hanya membuat nya pusing.
Hehe . Tulisannya banyaknya katanya nya Teh . Mungkin bisa di hilangkan beberapa nya itu dan digantikan dengan kata lain
BalasHapusFeel-nya dah dapet tuh... Lanjutin dong biar gak gantung
Hii makasih kang buat kritikan nya, hdeuh benar2 harus rajin berlatih he
HapusLanjutkan...gasss..
BalasHapusHehe doakan
HapusGaspol..lanjuut
BalasHapusSiap insyaallah
HapusDitunggu lanjutannyaaaaaaaa...
BalasHapusbagus nih, Yul. lanjutkannn.
BalasHapusLanjutkan, dongπ
BalasHapus